Foto Net |
Hikmah Peristiwa Isra Mi'raj
Infokyai.com - Memperingati Peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu kebanggaan tersendiri bagi kita yang beragama Islam, bahwa pada peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW kita mendapatkan suatu pelajaran berharga dan suatu kebanggan tersendiri bagi umat Islam atas keagungan Allah SWT.
BACA JUGA :
Bacaan Niat Puasa Sunnah Bulan Rajab Lengkap Dengan Keutamaannya https://goo.gl/hYykExKeistimewaan Bulan Rajab Yang Perlu Kamu Tau https://goo.gl/w4cLm8
Adakah Puasa Bulan Rajab ? https://goo.gl/w5424k
Sejak dari kecil kita sudah diajarkan untuk memahami pengertian dan sejarah Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, pada setiap tahunnya kita diajarakan untuk dapat turut ikut serta menjadi bagian jamaah untuk mendengarkan tentang hikmah perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW.
Tak habis - habisnya cerita tentang Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, peristiwa yang sangat luar biasa, yang tidak bisa dibayangkan bisa dilakukan oleh manusia lainnya, sungguh besar keagungan Allah SWT kepada umat Islam,
Banyak hikmah yang bisa kita dapatkan dari peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, banyak para ilmuan, filosof, dan para kalangan muslim sendiri yang bertanya - tanya tentang peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, dalam tulisan kali ini, infokyai.com bisa kemukan beberapa hikmah Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW yang didapatkan dari berbagai sumber, dan disatukan menjadi satu di postingan kali, hikmah - hikmahnya sebagai berikut :
Mengutip dari rumaysho.com, Peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, merupakan persitiwa perjalanan sehari semalam, dengan peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW kita diajarkan suatu pelajaran yang berharga, dan terdapat sebuah kalimat penting yang diajarkan pada malam Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, mengutip Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيْلَةَ أُسْرِىَ بِهِ مَرَّ عَلَى إِبْرَاهِيمَ فَقَالَ مَنْ مَعَكَ يَا جِبْرِيلُ قَالَ هَذَا مُحَمَّدٌ.فَقَالَ لَهُ إِبْرَاهِيمُ مُرْ أُمَّتَكَ فَلْيُكْثِرُوا مِنْ غِرَاسِ الْجَنَّةِ فَإِنَّ تُرْبَتَهَا طَيِّبَةٌ وَأَرْضَهَا وَاسِعَةٌ. قَالَ « وَمَا غِرَاسُ الْجَنَّةِ ». قَالَ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam Isra’, pernah melewati Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.
Nabi Ibrahim ketika itu bertanya pada malaikat Jibril, “Siapa yang bersamamu wahai Jibril?”
Ia menjawab, “Muhammad.”
Ibrahim pun mengatakan pada Muhammad, “Perintahkanlah pada umatmu untuk membiasakan memperbanyak (bacaan dzikir) yang nantinya akan menjadi tanaman surga, tanahnya begitu subur, juga lahannya begitu luas.
” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa itu ghirosul jannah (tanaman surga)?”
Ia menjawab, “Laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dalam menjauhi maksiat dan tidak ada upaya menjalankan ketaatan melainkan dengan pertolongan Allah, pen.).”
(HR. Ahmad, 5: 418. Hadits ini secara sanad itu dha’if. Namun kata Syaikh Al-Albani isi atau matan hadits itu shahih karena punya berbagai macam penguat. Lihat Al-Isra’ wa Al-Mi’raj karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hlm. 107-108)
Beberapa Faedah yang bisa anda petik dari penggalan hadist diatas, tentang Peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW benar adanya, Ketika melakukan isra’, Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertemu para nabi di antaranya Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.
Nabi Muhammad ketika melakukan Isra’ Mi’raj ditemani oleh malaikat Jibril.
Umat Nabi Muhammad diajarkan oleh Nabi Ibrahim suatu kalimat yang menjadi tanaman di surga, menjadikan tanahnya di surga subur dan luas, yaitu kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dalam menjauhi maksiat dan tidak ada upaya menjalankan ketaatan melainkan dengan pertolongan Allah, pen.).
Makna kalimat laa hawla quwwata illa billah menunjukkan sifat pasrah dan tawakkal dalam hal menjauhi maksiat dan melakukan ketaatan, semuanya dimudahkan hanya dengan pertolongan Allah.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
لاَ حَوْلَ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِعِصْمَتِهِ، وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَتِهِ إِلاَّ بِمَعُوْنَتِهِ
“Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”
Imam Nawawi menyebutkan berbagai tafsiran di atas dalam Syarh Shahih Muslim dan beliau katakan, “Semua tafsiran tersebut hampir sama maknanya.” (Syarh Shahih Muslim, 17: 26-27)
Catatan:
Dari penggalan kalimat diatas tentang kalimat "Laa hawla wa laa quwwata illa billah bukan menjadi keuatamaan khusus pada malam Isra Mi'raj, namun pembahasan ini juga bukan menjadi dalil khusus bagi kaum muslimum untuk merayakan Peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Jadi dalam Peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW tidak diketahui, kapan peristiwa besar ini terjadi, kepada umat Islam dala riwayat - riwayat yang shahih.
BACA JUGA :
Peristiwa Isra Mi'raj Rasulullah SAW https://goo.gl/E1FRSR
Hikmah Peristiwa Isra Mi'raj https://goo.gl/caocJs
Makna Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW https://goo.gl/czhhFQ
Isra Mi’raj Adalah Perjalanan Yang Nyata Bukan Perjalanan Mimpi atau Khayalan https://goo.gl/sRihCv
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, ”Tidak dikenal dari seorang dari ulama kaum muslimin yang menjadikan malam Peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW’ memiliki keutamaan dari malam lainnya, lebih-lebih dari malam Lailatul Qadr. Begitu pula para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik tidak pernah mengkhususkan malam Peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW’ untuk perayaan-perayaan tertentu dan mereka pun tidak menyebutkannya. Oleh karena itu, tidak diketahui tanggal pasti dari malam Isra’ tersebut.” (Zaad Al-Ma’ad, 1: 57)
Referensi:
Al-Isra wa Al-Mi’raj. Cetakan kelima, tahun 1421 H. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Penerbit Al-Maktabah Al-Islamiyyah.
Zaad Al-Ma’ad. Cetakan keempat, tahun 1425 H. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
Keutamaan “Laa hawla wa laa quwwata illa billah”
Arti “Laa hawla wa laa quwwata illa billah”
Perayaan Isra Miraj dalam Tinjauan
—
@ DS Panggang, Gunungkidul, 26 Rajab 1438 H Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Social Header