Hari raya Idul Adha merupakan hari raya berqurban, tanggal 10 Dzulhijjah miliki makna penting bagi umat muslim. Pada bulan Dzulhijjah ini adalah bulan ke-12 digelar pelaksanaan ibadah haji.
Idul Adha adalah bahasa Arab "adaa (yauudu)" yang artinya kembali dan "Adhat (udhiyah)" artinya kurban.
Kenapa sih kok bisa disebut yaa dengan istilah hari raya qurban? Nah itu, karena pada momentum ini, umat muslim melakukan penyembelihan hewan kurban, seperti sapi, kambing / domba. Nantinya daging-daging kurban ini akan dibagikan ke keluarga, tetangga dan orang-orang yang membutuhkan.
Kisah Ibrahim dan Ismail ini disebutkan dalam Al-Quran surat Ash-Shaffat ayat 102-107:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ (102) فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ (103) وَنَادَيۡنٰهُ اَنۡ يّٰۤاِبۡرٰهِيۡمُۙ (104) قَدۡ صَدَّقۡتَ الرُّءۡيَا ۚ اِنَّا كَذٰلِكَ نَجۡزِى الۡمُحۡسِنِيۡنَ (105) اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الۡبَلٰٓؤُا الۡمُبِيۡنُ (106) وَفَدَيۡنٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيۡمٍ (107)
Artinya: Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar (102). Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah) (103). Lalu Kami panggil dia, "Wahai Ibrahim!" (104). Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik (105). Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (106). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (107).
Dari kisah Nabi Ibrahim itulah yai, adalah asal mula penyembelihan hewan kurban ini, sehingga bisa mengenang kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail as. Ketika itu, Allah memerintah Ibrahim untuk mengorbankan anak kesayangannya tersebut sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
Meski berat hati, Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah tersebut. Ismail as, juga pasrah dan patuh atas perintah Allah SWT.
Kemudian, ketika Ismail hendak disembelih, tiba-tiba Allah SWT menggantikan Ismail dengan hewan sembelihan (udh-hiyya) yang besar, sehat dan gemuk. (Fr/ik).
0 Komentar