Direktur PTPN VII Ryanto Wisnuardhy mengingatkan kaum muda untuk memaksimalkan bonus demografi yang sedang dialami Indonesia. Ia mengatakan, saat ini, penduduk Indonesia didominasi manusia usia produktif. Dalam konteks ini, kaum milenial akan menjadi energi terbesar untuk memacu pembangunan yang lebih cepat.
Pernyataan itu disampaikan Chief Ryan, sapaan akrab Ryanto Wisnuardhy kepada Pengurus Inti FKPPIB yang menemuinya di ruang kerja, Selasa (23/8/23). Ia mengatakan, Indonesia saat ini adalah panggung pemuda untuk menunjukkan prestasi dan kinerjanya dalam mengisi dan membangun bangsa.
“Secara pribadi saya bangga dengan adik-adik FKPPIB yang terus mengambil peran dalam berbagai kegiatan. Saya sangat mendukung upaya-upaya kreatif kalian karena memang saat inilah panggung bangsa digelar untuk pemuda. Sebab, saat ini kita sedang berada pada bonus demografi, di mana jumlah penduduk didominasi usia produktif,” kata dia.
Enam Pengurus Inti FKPPIB yang merupakan organisasi anak karyawan BUMN ini dipimpin Ketuanya, Tezza Aldiano. Pengurus lainnya antara lain Alvindo, Alinda, Rafli, Pribowo, Sholichul Anwari, dan beberapa lainnya.
Kepada mereka, Ryan mengingatkan pemuda untuk menyiapkan semua perangkat jika ingin berperan. Ryan menyebut, tidak ada pendiri bangsa yang rela mewariskan kepemimpinan dan tatanan negara kepada generasi yang lemah.
“Seperti juga di manajemen, negara juga harus diurus dengan minimal tiga pondasi utama. Pertama, ilmu pengetahuan atau knowledge, kedua dengan skill atau kompetensi, dan ketiga dengan niat baik atau attitude. Nah, kalian generasi muda kalau ingin berperan menggantikan kami-kami yang sudah sepuh ini, ya harus punya itu, minimal,” kata dia.
Dalam silaturahim yang hangat itu, FKPPIB mengajukan diri untuk membantu PTPN VII dalam berbagai bidang promosi da membangun citra perusahaan. Ketua Umum FKPPIB Tezza Aldiano mengatakan, pihaknya saat ini sedang merintis pendirian “Rumah Baca” di Lampung Selatan. Seiring berjalannya program, FKPPIB juga melihat potensi sangat baik untuk mendirikan “Rumah Baca” di Kompleks Perumahan di beberapa Unit Kerja PTPN VII.
“Kami saat ini sedang merintis Rumah Baca di Kecamatan Merbau Mataram, Lampung Selatan. Lalu, kami lihat di Way Galih, PTPN VII Unit Kedaton itu juga sangat potensial. Jika berkenan, kami akan membantu PTPN VII untuk membuat Rumah Baca itu di situ, Pak,” kata Tezza yang diamini Alinda, salah satu pelopor Rumah Baca.
Menanggapi itu, Ryanto Wisnuardhy menyambut baik prakarsa itu. Ia menyadari, segala bentuk kesimpang siuran, terlebih di era media sosial saat ini, berawal dari kurangnya pembinaan literasi di masyarakat. Oleh karena itu, dia akan mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan FKPPIB dalam mewujudkan rumah baca di setiap unit kerja PTPN VII.
“Saya sangat setuju dengan program rumah baca. Saat ini, banyak hoaks beredar. Dan, informasi palsu itu hanya bisa dilawan dengan memperbaiki kemampuan literasi. Jika kita terbiasa membaca buku atau bacaan yang komprehensif, tidak akan mudah tertipu informasi palsu. Nanti teknisnya kita bahas, ya,” kata Ryanto.
Dunia literasi menurut Ryan memang harus diawali sejak dini. Ia meminta, jika nanti model kerjasama berjalan, Rumah Baca yang didirikan harus mengakomodasi semua kalangan dan memiliki daya tarik untuk pengunjung.
“Coba nanti dibuatkan drafnya supaya tergambar apa yang akan dibuat. Kalau bisa, Rumah Baca ini menjadi semacam Perpustakaan Umum yang dilengkapi taman baca yang nyaman. PTPN VII kan juga punya koleksi dokumentasi dan koleksi banyak terkait dengan sejarah dan lainnya. Nanti bisa kolaborasi,” kata dia.
Selain itu, Ryanto juga mengapresiasi aktivitas organisasi FKPPIB yang mengarah kepada ranah edukasi. Berbagai kegiatan seperti seminar, pelatihan, diskusi publik, talkshow, dan lainnya dinilai berbeda dengan organisasi lainnya.
“Saya lihat kegiatan FKPPIB sangat strategis dan beda dengan organisasi kebanyakan. Menurut saya, berorganisasi itu sangat baik untuk persiapan masuk dunia kerja. Dan nanti kalau sudah kerja, cintailah pekerjaanmu dengan tiga hal tadi; knowledge, kompetence, dan attitude,” kata dia.
Tentang FKPPIB, Tezza Aldiano menginformasikan bahwa anggota forum saat ini sekitar 500 orang. FKPPIB sudah berdiri di empat provinsi, yakni Lampung, Sumsel, Bengkulu, dan Jawa Barat. Sedangkan anggotanya terdiri dari anak-anak milenial, baik pelajar, mahasiswa, dan aktivis.
“FKPPIB memang organisasi anak karyawan BUMN, tetapi ada sekitar 15 persen anggotanya dari umum yang tertarik bergabung dan merasa satu frekuensi. Kami sudah melakukan berbagai kegiatan, termasuk menjadi pihak second opinion ketika terjadi berbagai masalah di perusahaan BUMN,” kata alumnus Itera 2023 ini. (Ma/ik)
0 Komentar