Pencegahan stunting harus segera dilakukan karena generasi muda yang produktif dan unggul dapat tercipta jika mereka bebas dari stunting. Pencegahan stunting juga harus mengedukasi generasi muda produktif dan unggul untuk mewujudkan Indonesia Emas pada 2045.
Demikian disampaikan wakil ketua bidang anak jalanan dan anak terlantar KNPI Provinsi Lampung, Farah Nuriza Amelia yang juga calon anggota DPD RI 2024-2019 saat menjadi pemateri dalam acara sosialisasi stunting dan KIE bertema "Merdeka Tanpa Stunting" yang dilaksanakan di Desa Adirejo, Kecamatan Pekalongan - Lampung Timur, rabu (18/10).
Mbak Farah - sapaan akrabnya - mengatakan bahwa penurunan angka prevalensi stunting sangat penting karena terkait dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainability Development Goals (SDGS) yang ketiga yaitu kehidupan sehat dan sejahtera. "Artinya, ketika kita merdeka dari stunting, kita merdeka untuk mencapai kehidupan yang sehat dan mencapai kesejahteraan," ujarnya.
Mbak Farah juga menjelaskan saat ini pemerintah menargetkan angka prevalensi stunting turun menjadi 14% di tahun 2024. Data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 menunjukan angka stunting secara nasional sudah mengalami penurunan sebesar 2,8% dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% pada 2022. Namun, angka tersebut masih di atas standar yang ditoleransi Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu di bawah 20%, serta masih jauh dari target pemerintah yakni 14% pada 2024. "Tentu saja dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, kita harus bekerja keras untuk menurunkan angka prevalensi stunting tersebut," jelasnya.
Guna mencapai target 2024, lanjut dia, pemerintah terus mendorong keterlibatan generasi muda agar memahami bahaya dan pencegahan stunting. Pasalnya, generasi mudalah yang kelak akan melahirkan generasi sehat dan bebas stunting.
"Untuk melahirkan generasi prima di masa depan, pencegahan stunting menjadi keharusan. Pemerintah saat ini terus mengurangi persentase stunting. Penanganan yang serius pada stunting berkorelasi terhadap lahirnya generasi unggul di masa depan," ujarnya.
Pada kesempatan yg sama hadir pula ibu Diana Puspita Dewi, S.sos ketua tim kerja dari perwakilan BKKBN prov Lampung, Titin wahyuni,DPD, M.Pd plt dinas P3DALDUK KB kab Lampung Timur serta Dwinan Rahmadi selaku tuan rumah acara juga tokoh milenial Lampung yang juga turut memberikan sambutan diacara ini.
Menurut Farah, generasi muda menjadi salah satu target utama dalam kampanye pencegahan stunting di Indonesia. Karena itu, pemerintah saat ini terus mengamplifikasi pesan kunci cegah stunting melalui ajakan, sosialisasi, dan edukasi kepada target khalayak muda seperti remaja perempuan, mahasiswa, dan calon pengantin khususnya di kabupaten/kota dengan angka stunting yang masih tinggi, berdasarkan hasil survey status gizi Indonesia tahun 2022 dikabupaten Lampung Timur menunjukan angka prevalensi stunting 18,1% hal tersebut bearti terjadi peningkatan prevalensi stunting sebanyak 2,8% dibandingkan hasil survey status gizi Indonesia tahun 2021 sebesar 15,3%, ditambah lagi target prevalensi stunting kabupaten Lampung Timur ditahun 2023 sebesar 10,87% dengan waktu efektif kurang dari 4 bulan.
"Kita berharap, dengan edukasi seputar pencegahan stunting ini, anak-anak muda kita makin memahami cara mengasuh dan merawat baduta (bawah dua tahun) agar nantinya anak-anak mereka tumbuh secara sehat, normal, dan bebas dari stunting," jelas Farah.
Sementara itu, pengamat sosial yang juga tuan rumah Dwinan Rahmandi yang juga hadir sebagai narasumber mengatakan, banyak faktor penyebab stunting, salah satunya pemahaman dan perilaku hidup sehat.
"Ternyata yang didapati stunting bukan hanya terjadi pada masyarakat yang tergolong tidak cukup secara sosial ekonomi. Salah satu kendalanya adalah pemahaman dan kemauan kuat untuk menjalankan gaya hidup sehat," katanya.
Lanjutnya, pengentasan masalah stunting dan kesehatan merupakan kunci untuk menekan ketimpangan sosial. Milenial harus punya andil mengubah pola konsumsi sehat dirinya dan masyarakat seiring dengan pengembangan sektor-sektor ekonomi di lingkungannya. "Jadi jangan ekonomi tumbuh, atau pariwisata berkembang, namun orang miskin tetap banyak. Itu artinya ekonomi tidak menetes," tukasnya. (Ma/ik)
0 Komentar